Filosofi Layang-layang

 

Twenty Plus - Sobat T-Plus tentu tahu layang-layang kan? Yups, mainan yang terbuat dari kertas warna-warni dan beraneka bentuk ini selalu menjadi primadona disaat musimnya. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun banyak turut serta. Tak peduli zaman sudah penuh dengan teknologi canggih, karena permainan layang-layang seolah tak bisa tergantikan. Untuk memainkannya Sobat T-Plus membutuhkan benang atau senar untuk dapat menerbangkannya. Mungkin jika Sobat T-Plus melihat sepintas terlihat mudah, padahal dalam menaikkan atau menerbangkan layang-layang diperlukan teknik dan strategi agar layang-layang bisa terbang dan melayang-layang di angkasa. Begitu pun saat ada lawan atau musuh mendekat, diperlukan cara agar layang-layang tak putus saat saling beradu. Begitu pun dalam kehidupan. Dari layang-layang Sobat T-Plus bisa belajar memaknai kehidupan. Bagaimana cara agar dapat berdiri dengan tegak, bagaimana mempertahankannya, dan bagaimana kita tetap memegang benang atau senar untuk mengendalikannya, dan bagaimana cara kita mengadapi musuh yang tiba-tiba saja menghadang?. Benang atau senar ibarat hati manusia. Dimana sebagai faktor penentu tingkah laku manusia saat menjalani kehidupannya. Jika hati manusia terlepas, atau dalam kata lain tak lagi dapat mengontrol sikap dan perilakunya, maka manusia ibarat sebuah layang-layang yang putus dari benangnya. Terombang-ambing tak tentu di mana tujuannya. Hati, seringkali menjadi tolak ukur manusia untuk menentukan langkah. Dimana baik dan buruk ditentukan olehnya. Jika buruk hatinya, maka buruk juga perilakunya. Begitupun sebaliknya, jika baik hatinya baik pula perilakunya. Untuk itu, Sobat T-Plus perlu waspada dalam menghadapi hati yang mudah terombang-ambing dan seringkali pasang surut ini. Agar tak seperti layang-layang yang terputus dari benangnya. Semoga bermanfaat :)


 Image by rumahnutrisinestle.com


Comments

Popular Posts